Hari Suci dan Tempat suci Dalam Agama Budha
*Hari suci Buddhis
Upacara-upacara, baik yang bersifat keagamaan, kemasyarakatan maupun kenegaraan, sebenarnya adalah suatu cetusan hati nurani manusia terhadap suatu keadaan. Dengan sendirinya bentuk-bentuk upacara itu sesuai dengan keadaan, jaman, alam, suasana, selera, dan cara berfikir si pembuatnya atau pelaksananya. Dari berbagai macam upacara yang di lakukan oleh umat buddhis dengan corak ragam yang berlainan bila di teliti mempunyai makna yang sama dalam semua upacara agama Buddha, sebenernya terkandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur triratna
b. Memperkuat sradha (keyakinan yang benar) dengan tekad
c. Membina paramita (sifat bajik yang luhur)
d. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-khotbah sang Buddha goutama
e. Melakukan anumodana ( membagi perbuatan baik kita pada mahluk lain)
Upacara yang mengandung lima prinsip tersebut telah di jadikan kebiasaaan dan sering di lakukan, dari bentuknya yang sederhana sampai yang rumit. Dengan demikian akan membawa makin seringnya ucapan dan perbuatan kita di tunjukan kepada kebajikan seperti terkendalinya fikiran-fikiran negatif dan berkembangnya fikiran-fikiran fositif,
Secara terperinci manfaat yang langsung dapat di peroleh dari upacara ialah:
- Serada akan berkembang
- Paramita akan berkembang
- Samvara ( indra) akan terkendali
- Santutthi (puas)
- Santhi (damai)
- Sukha (bahagia)
Untuk dapat memiliki manafaat yang sebenarnya maka kita harus melaksanakan upacara yang benar, sesuai denagn makana yang terkandung dalam upacara itu.
*Magha puja
Hari suci magha puja biasanya jatuh pada purnama sidhi bulan februari-maret . pada hari ini umat Budha memperingati dua kejadian penting dalam masa hidup sang Budha gautama, yaitu :
- Berkumpulnya 1250 bhikshu yang telah mencapai tingkat kesucian arhat di vihara veluvana di kota rajagraha untuk memberi hormat pada sang Buddha Gautama keistimewaan yang terjadi sekembalinya menyebarkan Dharma ialah :
- 1250 bhikshu yang terkumpul itu semuanya arhat
- 1250 bhiksu itu semuanya adalah Ehi Bhikshu (Bhikshu yang di tahbiskan oleh sang Budha Gautama sendiri)
- 1250 bhiksu itu semuanya datang tanpa berjanji (persetujuan) terlebih dahulu
- Pada kesempatan itu sang Buddha Gautama menerangkan prinsip-prinsip ajaran- Nya yang disebut Ovada pratimoksha, yaitu :
Sasvapapasya akaranam (Jangan bebuat kejahatan)
Kusalasyupasampada (Berbuatlah kebajikan)
Svacittaparyavadapanam (Sucikan hati dan pikiran)
Etad Buddhanasasanam (Inilah ajaran Buddha)
- Pada tahun terakhir dari kehidupan sang Budha gautama yaitu sewaktu belia berdiam di cetia pavala di kota vaisali. Setelah beliau memberikan kothbah “idhipada dharma”kepada para siswanya, beliau berdiam sendiri dan membuat keputusan untuk parinirvana tiga bulan kemudian.
1. Hari Suci Magha Puja Hari suci Magha Puja memperingati empat peristiwa penting, yaitu :
1. Seribu dua ratus lima puluh orang bhikshu datang berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian arahat.
3. Mereka semuanya memiliki enam abhinna.
4. Mereka semua ditasbihkan oleh Sang Buddha dengan ucapan “Ehi Bhikkhu”
Mereka memiliki abhinna atau kemampuan batin yang lengkap yang berjumlah enam jenis, yaitu :
1. Pubbenivasanussatinana, yang berarti kemampuan untuk mengingat tumimbal lahirm Yang dahulu.
2. Dibbacakkhunana, yang berarti kemampuan untuk melihat alam-alam halus dan kesanggupan melihat muncul lenyapnya makhluk-makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan karmanya masing-masing (mata dewa).
3. Asavakkhayanana, berarti kemampuan untuk memusnahkan asava (kotoran batin)
4. Cetoporiyanana, berarti kemampuan untuk membaca pikiran makhluk-makhluk lain.
5. Dibbasotanana, yang berarti kemampuan untuk mendengar suara-suara dari alam apaya, alam manusia, alam dewa, dan alam brahma yang dekat maupun yang jauh.
6. Iddhividhanana, yang berarti kekuatan magis, yang terdiri dari :
a. Adhittana-iddhi, yang berarti kemampuan mengubah tubuh sendiri dari satu
menjadbanyak dan dari banyak menjadi satu.
b. Vikubbana-iddhi, yang berarti kemampuan untuk “menyalin rupa”, umpamanya menyalin rupa menjadi anak kecil, raksasa membuat diri menjadi tidak tertampak.
c. Manomaya-iddhi, yang berarti kemampuan mencipta dengan menggunakan pikiran, umpamanya menciptakan harimau, pohon, dewi.
d. Nanavipphara-iddhi, yang berarti pengetahuan menembus ajaran.
e. Samadhivipphara-iddhi, yang berati kemampuan konsentrasi, seperti :
Kemampuan menembus dinding, tanah, dan gunung.
Kemampuan menyelam ke dalam bumi bagaikan menyelam kedalam air.
Kemampuan berjalan diatas air.
Kemampuan melawan air.
Kemampuan terbang di angkasa.
2. Hari suci Waisak
Hari suci waisak puja biasanya jatu pada purnama sidhi bulai mei- juni. Pada hari suci ini umat Buddha memperingati 3 peristiwa penting dalam masa hidup sang Buddha gautama yaitu :
1. Lahir nya sidharta gautama di taman lumbini, tahun 623 SM
2. Sidarta Gotama mencapai bodhi ( Penerangan Sempurna) dan menjadi Buddha , tahun 588 SM, pada usianya yang ke 35 tahun di bawah pohon ghodhi, hutan gaya
3. Buddha Gotama mencapai Parinivana tahun 543 SM, pada usia 80 tahun, di kusinara atau kusinaraga.
Peristiwa Suci Waisak mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati kembali perjuangan hidup Buddha Gotama. Seorang Putera Mahkota Siddharta Gotama yang dibesarkan dengan segala kemewahan di dalam istananya, ternyata rela meninggalkan semuanya itu demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Beliau pergi meninggalkan istana bukan karena terpaksa atau dipaksa, juga bukan karena kepentingan pribadi. Beliau pergi meninggalkan istana dan segala kesenangan duniawi karena dorongan untuk mencari sesuatu yang hakiki. Beliau berjuang dengan gigih dan pantang menyerah dalam upaya mencari jalan yang dapat membebaskan makhluk dari segala bentuk penderitaan.
3. Hari Suci Asadha
Hari suci Asadha puja biasanyajatuh pada purnamasidhi bulan mei-juni. Pada hari suci ini umat Buddhamemperingati dua peristiwa penting dalam masa hidup sang Buddha sang Buddhagauama yaitu :
1. Saat pertamakalinya sang Buddha gautama memberikan khotbah setelah beliau menjad uddha, khotbah tersebut di kenal dengan nama “dharmacakrapravartana” atau “ khotbah pemutaran roda kebenaran “ yang berisi catvari arya satyani/empat kesunyataan mulia.
2. Pada saatini pulalah sangha yang pertama muncul di dunia engan sang Buddha gautama sendiri yang bertindak selaku nayaka (ketuan) nya.
Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
1. Dukkha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
2. Dukkha Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab dukkha.
3. Dukkha Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya dukkha
4. Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk melenyapkan dukkha..
Tanha terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Kama tanha, yang berarti keinginan akan kenikmatan-kenikmatan indria.
2. Bhava tanha, yang berarti keinginan akan kelangsungan atau perwujudan.
3. Vibhava tanha, yang berarti keinginan akan pemusnahan.
Ariya Atthangika Magga ini terdiri atas :
1. Samma Ditthi, yang berarti Pandangan Benar.
2. Samma Sankappa, yang berarti Pikiran Benar.
3. Samma Vaca, yang berarti Ucapan Benar.
4. Samma Kammanta, yang berarti Perbuatan Benar.
5. Samma Ajiva, yang berarti Penghidupan Benar.
6. Samma Vayama, yang berarti Daya Upaya Benar.
7. Samma Sati, yang berarti Perhatian Benar.
8. Samma Samadhi, yang berarti Konsentrasi Benar.
4. Hari Suci Kathina
Hari suci kathina puja di rayakan tiga bulan setelah Asadha, perayaan dapat di langsungkanpada dalam waktu satu bulan sesudah hari pertama berakhirnyamasa vassa.
Umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan menyelenggarakan perayaan Kathina Puja. Umat Buddha berterima kasih kepada para Bhikkhu / Bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa di daerah mereka, dengan mempersembahkan Kain Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah Kathina. Dalam Kitab Mahavagga berbahasa Pali, bagian dari Vinaya Pitaka, Sang Buddha mengatakan kepada para bhiksu, ketika Beliau berada di Jetavana Arama milik Anathapindhika, dikota Savantthi, sebagai berikut :
“Aku memperolehkan Anda sekalian, oh para bhikku,
untuk menerima Kain Kathina
sebagai bahan pembuatan jubah Kathina\\\\
jika telah menyelesaikan masa vassa”
Kain Kathina ini biasanya dipersembahkan oleh umat Buddha kepada lima orang Bhikkhu atau lebih yang bervassa bersama-sama di satu vihara. Jika jumlah Bhikkhu yang ber-vasa di vihara itu kurang dari lima orang, maka upacara pemberian Kain Kathina tidak bisa diadakan. Dengan demikian, yang dapat dipersembahkah oleh umat Buddha pada hari suci Kathina itu adalah Dana Kathina (bukan Kain Kathina).
Selama masa vassa, para bhikshu / bhikshuni mempunyai tugas untuk membina diri dengan baik. Melalui meditasi dan mempelajari Buddha Dhamma untuk diketahui dan dikhotbahkan kepada orang banyak di dalam kehidupan masyarakat Buddhis. Denagn adanya masa vassa, para Bhikkhu / Bhikkhuni mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengisi dirinya dengan Buddha Dhamma dan untuk meningkatkan batinnya ke arah kesucian. Banyaknya masa vassa yang dijalankan oleh para bhikshu / bhikshuni ini menentukan senioritas mereka. Para bhikshu / bhikshuni yang telah menjalankan masa vassa sebanyak sepuluh kali sampai dengan sembilan belas kali akan mendapat gelar “Thera”. Para Bhikkhu / Bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa sebanyak dua puluh kali atau lebih akan mendapat gelar “Mahathera”
Para bhikshu / bhikshuni hidup amat sederhana. Mereka hanya mempunyai empat kebutuhan pokok, yaitu :
1. Civara atau jubah ; cukup dengan satu model dan satu warna sederhana.
2. Pindapata atau makanan; cukup dua kali atau sekali sehari.
3. Senasana atau tempat tinggal; cukup satu ruangan sederhana, baik diikuti, di gubuk, di gedung, di gua-gua, atau di tempat-tempat lain.
4. Gilanapaccayabhesajja atau obat-obatan.
*Makna Puja ( Doa)
Menurut Bhikku Indoguno, Paritta Suci atau doa-doa agama Buddha merupakan kumpulan doa bagi agama Buddha. Doa-doa tersebut dibacakan oleh umat Buddha pada saat kebaktian dan upacara keagamaan. Dalam setiap kebaktian pembacaan paritta dilakukan oleh bhikku. “Pembacaan doa tersebut pun bisa dilakukan secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama sesuai keperluan upacara itu sendiri,” ungkapnya. Kata paritta secara berarti perlindungan, paritta berisi syair-syair dalam bahasa Pali yang biasanya memiliki tujuan untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya atau ketidakberuntungan.
*Tempat-Tempat yang di Sucikan Dalam Agama Buddha
Bukan saja tempat di mana Buddha mencapai kebangkitanya, alam sendiri dapat di anggap sakral bagi umat bhuddha hal ini dapat kita lihat di beberapa negara, seperti tibet, atau tempat geografis lainya, seperti gunung, yang di kaitkan dengan para dewa bhuddha atau gunung juga di kaitkan dengan tempat tinggal dewa-dewa Budha. Hal yang sama juga dapat kita jumpai di negri cina, banyak gunung-gunung yang di kaitkan dengan tempat tinggal dewa-dewa bhuddha bahkan tempat duduk meditasi , seperti replik dari singga sana Buddha, bisa di anggap sesuatu skaral, roger m. Keesing (1976:566) mengatakan bahwa sakral atau sakralisasi adalah proses menjadi keramat atau transisi dari dunia sekular dunia biasa menuju ke dunia keramat, sedangkan keramat adalah berhubungan dengan kekuatan-kekuatan terringgi atau yang melebihi dari kekuatan manusia, yang terdapat di alam semesta, memiliki arti atau suasana keagamaan yang khas.
Bukan saja di asi, pada abad ke 20dan 21 , kuil-kuil Buddha sudah menjadi pandangan umaum di eropa dan amerika utara, los ageles kadang-kadang di sebut sangat kompleks dan kota Budha yang berfariasi di dunia.
Penganut Buddha mensakralkan tempat-tempat di cina yang menggabungkan tiga gunung dengan tiga bhodisatteva utama : gunung wutai, di profinsi shanxi merupakan rumah wenshu (sanskrit, samantabhadra), bhodisatvha amal saleh atau budi luhur; dan gunung putuo di zeziang merupakan rumah guanyin (sanskrit, afalokiteshfara), bhodisattva cinta kasih. Gunung puia.
*SANGHA
Sangha berarti pesamuan atau persaudaraan para Bhikkhu. Kata Sangha pada umumnya ditujukan untuk sekelompok Bhikkhu. Ada 2 jenis Sangha (persaudaraan para Bhikkhu), yaitu:
- Sammuti Sangha = persaudaraan para Bhikkhu biasa, artinya yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
- Ariya Sangha = persaudaraan para Bhikkhu suci, artinya yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Pengertian 'Sangha' di dalam Sangha Ratana ini, berarti kumpulan para Ariya atau kumpulan para mahluk suci. Di dalam ajaran Agama Buddha, dikenal adanya mahluk suci, yang disebut dengan istilah Ariya Puggala. Ariya puggala ini ada 4 tingkat, yaitu:
- Sotapanna = orang suci tingkat pertama (sotapatti-phala) yang terlahir paling banyak tujuh kali lagi.
- Sakadagami = orang suci tingkat kedua (sakadagami-phala) yang akan terlahir sekali lagi (di alam nafsu).
- Anagami = orang suci tingkat ketiga (anagami-phala) yang tidak akan terlahir lagi (di alam nafsu).
- Arahat = orang suci tingkat keempat (arahatta-phala) yang terbebas dari kelahiran dan kematian).
Untuk dapat mencapai tingkat-tingkat kesucian, maka mereka harus dapat mematahkan 'belenggu' yang mengikat mahluk pada roda kehidupan. Belenggu ini disebut Samyojana. Ada 10 jenis belenggu yang harus dipatahkan bertahap sehubungan dengan pencapaian tingkat-tingkat kesucian, yaitu:
- Sakkayaditthi = kepercayaan tentang adanya diri / kepemilikan / atta yang kekal dan terpisah.
- Vicikiccha = keraguan terhadap Buddha dan ajarannya.
- Silabbataparamasa = kepercayaan tahyul, bahwa dengan upacara sembahyang saja, dapat membebaskan manusia dari penderitaan.
- Kamachanda / kamaraga = hawa nafsu indera
- Byapada / patigha = kebencian, dendam, itikad jahat.
- Ruparaga = keinginan untuk hidup di alam yang bermateri halus.
- Aruparaga = keinginan untuk hidup di alam tanpa materi.
- Mana = kesombongan, kecongkakan, ketinggihatian.
- Uddhacca = kegelisahan, pikiran kacau dan tidak seimbang.
10. Avijja = kegelapan / kebodohan batin.
- Mereka yang telah terbebas dari 1 - 3 adalah mahluk suci tingkat pertama (Sotapanna) yang akan tumimbal lahir paling banyak tujuh kali lagi.
- Mereka, yang disamping telah terbebas dari 1 - 3, dan telah dapat mengatasi / melemahkan no. 4 dan 5, disebut mahluk suci tingkat kedua (Sakadagami), yang akan bertumimbal lahir lagi hanya sekali di alam nafsu.
- Mereka yang telah sepenuhnya bebas dari no. 1 - 5, adalah mahluk suci tingkat ketiga (Anagami), yang tidak akan tumimbal lahir lagi di alam nafsu).
- Mereka yang telah bebas dari kesepuluh belenggu tersebut, disebut mahluk suci tingkat keempat (Arahat), yang telah terbebas dari kelahiran dan kematian, yang telah merealisasi Nibbana (Kebebasan Mutlak).
Selain ditinjau dari 'belenggu' yang mengikat pada roda kehidupan yang harus dipatahkan, pengertian mahluk suci ini juga dapat ditinjau dari segi Kekotoran batin (kilesa)-nya, yang telah berhasil mereka basmi. Ada 10 kilesa yang harus dibasmi sehubungan dengan pencapaian tingkat-tingkat kesucian tersebut, yaitu:
- Lobha = ketamakan
- Dosa = kebencian
- Moha = kebodohan batin
- Mana = kesombongan
- Ditthi = kekeliruan pandangan
- Vicikiccha = keraguan (terhadap hukum kebenaran / Dhamma)
- Thina-Middha = kemalasan dan kelambanan batin
- Uddhacca = kegelisahan
- Ahirika = tidak tahu malu (dalam berbuat jahat)
10. Anottappa = tidak takut (terhadap akibat perbuatan jahat)
Sotapanna, dapat membasmi no. 5 dan 6; Sakadagami, dapat membasmi nomor 5 dan 6 serta melemahkan kilesa yang lainnya; Anagami, dapat membasmi nomor 5, 6 dan 2 serta melemahkan kilesa yang lainnya; Arahatta, dapat membasmi kesepuluh kekotoran batin tersebut.
Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata 20/267, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sangha, yang disebut Sanghaguna. Ada 9 jenis Sanghaguna, yaitu:
1. Supatipanno
Bertindak / berkelakuan baik
2. Ujupatipanno
Bertindak jujur / lurus
3. Nayapatipanno
Bertindak benar (berjalan di 'jalan' yang benar, yang mengarah pada perealisasian Nibbana)
4. Samicipatipanno
Bertindak patut, penuh tanggung jawab dalam tindakannya
5. Ahuneyyo
Patut menerima pemberian / persembahan
6. Pahuneyyuo
Patut menerima (diberikan) tempat bernaung
7. Dakkhineyyo
Patut menerima persembahan / dana
8. Anjalikaraniyo
Patut menerima penghormatan (patut dihormati)
9. Anuttaram punnakhettam lokassa
Lapangan (tempat) untuk menanam jasa yang paling luhur, yang tiada bandingnya di alam semesta.
Dalam Tiratana, yang dimaksud Sangha di sini berarti Ariya Sangha. Jadi kita berlindung kepada Ariya Sangha. Kita tidak berlindung kepada Sammuti Sangha; tetapi kita menghormati Sammuti Sangha karena para beliau ini mengemban amanat Sang Buddha sebagai penyebar Dhamma yang jalan hidupnya mengarah ke jalan Dhamma.
*Ajaran sangha
Dalam naskah-naskah Buddhis dijelaskan bahwa sangha adalah pasamuan dari makhluk-makhluk suci atau ariya-puggala. Mereka adalah makhluk-makhluk suci yang telah mencapai buah kehidupan beragama yang ditandai oleh kesatuan dari pandangan yang bersih dan sila yang sempurna. Tingkatan kesucian yang telah mereka capai terdiri dari sottapati, sakadagami,anagami dan arahat.
Kata Tiratana terdiri dari kata Ti, yang artinya tiga dan Ratana, yang artinya permata / mustika; yang maknanya sangat berharga. Jadi, arti Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata (Tiga Mustika) yang nilainya tidak bisa diukur; karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha.
Hubungan antara ketiganya sering digambarkan sebagai berikut : “Buddha sebagai bulan pernama, dharma sebagai sinarnya yang menyinari dunia, dan sagha sebagai dunia yang berbahagia menerima sinar tersebut.”
Sebagai suatu bentuk masyarakat keagamaan, sangha terbuka bagi setiap umat Buddha Setelah menjadi bhikkhu ia harus menjalani hidup bersih dan suci seperti yang tertulis dalam Vinaya Pitaka, menjalani 227 peraturan yang garis besarnya adalah:
Peraturan yang berhubungan dengan tata tertib lahiriah;
- Peraturan yang berhubungan dengan cara penggunaan makanan dan pakaian serta lain-lain kebutuhan hidup;
- Cara menanggulangi nafsu keinginan dan rangsangan batin;
- Cara untuk memperoleh pengetahuan batin yang luhur untuk penyempurnaan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar